Kamis, 26 Februari 2009

cerpen aku

SUATU SENJA DI BULAN PEBRUARI

Langit hampir meremang , sejuk mengelabu. Di barat masih kelihatan goresan-goresan warna merah lembut seperti lukisan hidup. Sisa pijaran matahari yang sudah begitu lelah .
Aku pandangi senja tuk kesekian kalinya, yang mulai di rangkul gelap.Aku jelajahi padang ilalang yang terhampar di depan mataku. Dulu diantara bunga ilalang itu aku suka menapaki jalan setapak dan di jalan setapak itulah aku bertemu dengannya tanpa dugaan sebelumnya.Sebulan yang lalu, aku bertemu dengan lelaki itu, lelaki yang pernah menumbuhkan bunga-bunga di hatiku hampir dua tahun lamanya .Ya….ilalang di depanku inilah yang telah membuat hati kami merah menyala dan tiba-tiba aku merasa kangen padanya …..kangen yang sangat menyiksa.Dan hatiku….hatiku bagai teriris darahnya menetes satu-satu hangat terasa menjelajari seluruh peredaran urat nadiku.
Aku merasa selama ini telah berada dalam sandiwara cinta yng memuakkan dan ingat hal itu aku ingin menangis…menangis selayaknya tangisan , tapi kali ini aku tak ingin menangis.Tidak!.rasanya itu harus diletakkan jauh-jauh di belakang sana / telah kugunakan sebagai aksesori kehidupan yang menghiasi dada kesabaranku selama ini.Tidak!.tangisan ini tak perlu lagi dan aku tak cukup mengerti , kenapa aku mesti mencintainya, kalau pada akhirnya cinta ini akan sirna juga.
Selama ini aku merasa memilikinya tapi benarkah dia mau mengimbangi perasaanku? kalau ternyata dia pergi meninggalkanku tanpa jelas apa alasannya hingga akupun tak tahu harus berbuat apa dan membiarkannya pergi.
“kau itu laksana permata bagiku , meski ada dalam lumpur sekalipun, kau tetap permata yang berharga dan cahayanya takkan pernah pudar, karena itu tetaplah menjadi permata ku yang berharga.”
Kata-kata itulah yang sering kau ucapkan padaku dulu, bahkan sering kali didalam kangenku padamu seperti halnya saat ini aku suka sekali mengulang dan mengeja kalimat yang kau ucapkan itu .Dan mencoba meresapi maknanya satu persatu
Benarkah aku permata? seperti yang kau ucapkan , mungkin engkau benar aku permata yang cahayanya tak pernah pudar ,walau dalam lumpur sekalipun aku tetaplah permata yang berharga.Tapi tanpamu rasanya cahayaku begitu hambar .Begitu rapuh, Begitu mudah luluh.Aku ah…masa lalu lagi, Masa lalu lagi. Tidak! aku tak boleh mengenangnya lagi ,untuk apa?
Tiba-tiba aku tersadar oleh elusan angin yang membelai rambutku .Kulihat gelap menyelimuti bumi. Kenapa?...kenapa tiap senja kuingin melewatinya dengan memikirkanmu, mengenangmu, dan mengingat semua tentang kamu. Aku semakin merasakan kesendirinku lagi, siluet daun ilalang , desir angin yang kadang-kadang nakal, langit bersih , dan selebihnya lengang panjang membentang. Aku dalam sendiri lagi, tak ada seorangpun yang menemaniku, setidaknya yang bicara ,menyapa /sekedar tersenyum padaku /apa saja yang dapat di jadikan pengisi kekosongan ini
Sekali lagi kureguk udara malam, mencoba melepaskan semua yang ada di jiwa ini, agar tak terasa terhimpit lagi .Akupun pergi meninggalkan kekosongan yang terbujur kaku di belakangku
Namun baru saja beberapa langkah, alunan lagu drive lagu kasukaanku mengalun lembut
“senja kini berganti malam,
menutup hati yang lelah.
dimanakah engkau berada?
aku tak tahu dimana,
tlah kita lalui semua,
jerit tangis canda tawa,
kini hanya untaian kata
hanya itulah yang aku punya……..?”
“lagu ini,…..jangan-jangan,…? Kataku dalam hati , sambil cepat membalikkan badan. Tak jauh dari tempatku berdiri sesosok tubuh mematung menatapku.Dia datang lagi..akhirnya dia datang lagi…..!
“Aku tahu, pasti kamu kesini, maafkan aku?” katanya sambil memelukku.
Sementara lagu drive masih mengalun lembut

“sesungguhnya aku tak bisa
Jalani waktu tanpamu
Perpisahan bukanlah duka
Meski harus menyisakan luka…….”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar