Selasa, 03 Maret 2009

cinta seorang pengidola

Cinta seorang pengidola
“Ren….renais ! ” tiba-tiba terdengar suara memanggilku , cepatku menoleh
“Aku pulangnya entar malem ya” teriaknya lagi sambil lari terburu-buru
“Emang mau kemana?” teriakku kenceng.Belum sempat aku mendengar jawaban darinya tubuhnya sudah lenyap di makan tikungan. Aku hanya menatap kosong jalan yang baru saja di laluinya sambil menggeleng-gelengkan kepala.
Reilina begitu nama anak itu, hanya dialah satu-satunya anak yang begitu dekat denganku di asrama kami kabut biru.Tapi meskipun kami dekat , tak banyak aku ketahui tentangnya .Yang pasti akhir-akhir ini kulihat penampilannya agak sedikit urakan, hingga kadang teman-teman sekelasku suka ada yang bilang “ kok kamu bisa dekat ma dia ren, giman kata orang nanti ? kamu kan seorang jilbaber sedang dia…..penampilannya aja kayak anak band “ aku hanya menyeringai .Memang kata-kata itu kadang pula mendarat di otakku tapi ah….bukankah setiap orang punya dunia sendiri ? lagi pula dia anak baik kok…cuma dia suka bilang kalau dia belum siap pakai jilbab enggak apa-apa kan ? toh semua yang kita lakukan itu mesti dengan proses bukan?
Entah pukul berapa reilina kudengar masuk kamarnya , yang aku ingat waktu itu sudah larut malam dan aku sedikit pun tak berniat mengganggunya mungkin ia lelah seharian pikirku
Paginya sebelum berangkat sekolah kuketuk pintu kamarnya dan kudengar suaranya dari dalam menyuruhku masuk. Begitu pintu terbuka kulihat ia menyandarkan tubuhnya di sebuah kursi sambil sekali-kali menahan bersinnya aku hanya berdiri di ambang pintu
“Kayaknya hari ini aku gak masuk Ren?”
“Lagian kemarin kemana aja sih nyampe flu begini?” tanyaku penuh selidik sambil duduk di sampingnya. Dia membalikkan tubuhnya mengarah padaku “aduh ren…kemarin itu ada jumpa group band yang lagi naik daun itu, masa kamu enggak tahu dan aku ngepans banget.Hingga meskipun aku desak-desakan di bawah guyuran air hujan , aku puas banget . Karena bisa poto bareng plus di kasih tanda tangan dan itu mungkin hanya ada sekali dalam kesempatan hidup aku ” jawabnya seperti air yang mengalir. Aku hanya menarik napas panjang untuk beberapa saat keadaan hening sejenak, aku memegang pundaknya kutatap matanya yang kulihat sendu ”Aku ngerti kamu lin…sangat ngerti , cuma sebagai sahabat aku hanya ingin berkata bahwa mengidolakan seseorang itu jangan terlalu berlebihan , apalagi mengidentifikasi semua prilakunya.Mending prilaku baik, kalau buruk gimana? kita tak boleh lupa hanya beliaulah nabi besar kita Muhammad SAW yang mesti kita idolakan dan meneladani prilakunya , bukankah ahlak beliau itu al-quran jadi gak bakal nyesel deh. Kita lihat misalnya dalam kamus inggris juga kata idol artinya berhala , kamu ngerti kan kemana arahnya pembicaraanku, maaf bukannya sok suci, atau ingin menggurui kamu, tapi aku kira kita sebagai sahabat harus saling mengingatkan bukan?” kataku panjang lebar. Aku pun pamit berangkat sekolah,dia hanya tertegun,entah apa yang dia pikirkan? dia sedang memikirkan dirinya / sedang mengeja kata-kataku ?ah…sudah siang tuh aku mesti secepatnya nyampe sekolah.
Sejak pagi itu entah kenapa reilina seperti menghindar dariku . Tiap kuhubungi ponselnya selalu di matikan .Ah…mungkinkah dia marah padaku , aku jadi nyesel telah mencampuri wilyahnya dan kemarin kudengar dia pindah asrama, tukan bener….gimana nih?
Sore ini aku menatap senja lewat jendela kamarku, kalau aku lihat senja begini aku jadi ingat akan cerpen seno gumira “ kupotong senja kumasukkan dalam sakuku” dan tiba-tiba mataku terasa panas dan kemudian mengembun…mengkristal ah…jika aku ingat cerpen itu aku jadi suka ingat mama, mama yang begitu sabar dalam mengeja makna hidup seandainya waktu terulang kembali ingin juga aku berikan sepotong senja itu untuk mamaku dan bayangan masalaluku yang hitam kembali terekam di otakku……dulu aku seorang pans berat group band yang sedang naik daun di kotaku dan mamaku malam itu menjadi korban injakan orang-orang dalam konser maut itu.Ia mencariku diantara orang-orang yang sedang memperebutkan kaus idolaku di bawah panggung Sejak kejadian itu rasanya aku tak bisa memaafkan diri aku sendiri. Adzan pun bergema membuyarkan lamunanku .
Malamnya ketika aku baru saja melaksanakan salat lail . Ponselku berdering ternyata marini yang nelpon.Ia mengatakan kalau tadi malam ada konser group band yang terkenal itu sambil bagi-bagi hadiah dan ketika vokalisnya itu melemparkan hadiahnya kepenonton, penonton pada berebutan, salah satunya adalah reilina sahabatku ia ikut bersama yang lain berdesak-desakan hingga akhirnya petugas keamanan menemukan dia bersama beberapa yang lainnya dalam keadaan terluka dan tak sadarkan diri lagi, ia pun masuk rumah sakit
Aku begitu terkejut bayang-bayang masalalu begitu nyata menjelma dan berputar-putar diotakku. Akankah aku kehilangan orang yng ku cintai untuk yang kedua kalinya?
Pagi-pagi sekali aku menuju rumah sakit tempat reilina dirawat, kulihat ia terbaring lesu, kata dokter sejak tadi malam ia belum sadar-sadar, juga kepalanya penuh dengan balutan persis seperti ibu dua tahun yang lalu di rumah sakit ini juga.
Bibir reilina perlahan bergerak-gerak memanggil namaku ”aku disini lin” kataku perlahan ditelinganya matanya perlahan terbuka
”ren…” katanya begitu lemah sambil mencoba tersenyum dan menyuruhku supaya lebih dekat padanya
“maafin aku ya, aku tak mendengar nasihatmu”
“sudahlah lin,aku juga minta maaf ya,yang pasti sekarang kamu mesti sembuh dulu, dan kita bisa bersama-sama lagi”kataku lembut di telinganya ia menggelengkan kepala perlahan, tiba-tiba pintu terbuka, dokter masuk disertai teman-temanku.Reilina mencengkram tanganku erat sekali, akupun cepat menoleh kearahnya kulihat matanya terkatup dengan senyum tersisa di bibirnya entah apa artinya ”innalilahiwainnailaihi rojiun” kataku dan teman-teman bersamaan .Reilina tlah pergi untuk selama-lamanya.Taakan kudengar lagi lengkingan suaranya, hentakan kakinya, pengaduannya and all about reilina.Perlahan mataku mengembun, tuk kesekian kalinya kurasakan lagi jiwa yang hampa ini seperti layaknya dua tahun yang lalu di rumah sakit ini , aku merasakan seperti kehilangan segalanya , aku telah mengorbankan orang yang di cintaiku untuk sesuatu yang seharusnya tak begitu berarti, begitu juga reilina telah mengorbankan jiwanya untuk hal yang sama denganku
Bau obat menusuk hidungku kulihat mentari bersinar hangat sehangat hatiku saat ini.Mampukah aku melangkah lagi dengan pasti ?Entahlah……………

Tidak ada komentar:

Posting Komentar